article-image

Sumber Gambar: https://unsplash.com/photos/zjWMTUZNvT0

Pada hari Sabtu tanggal 30 Januari 202, telah dilaksanakan Tanya Tania LIVE 6.0 dengan topik pestisida nabati untuk ulat sayur bersama Mbak Kustanti Wahyu Utami. Beliau adalah seorang praktisi pertanian yang juga berkarir sebagai Associate di Caping Merapi, yang merupakan agro edukasi di Sleman, Yogyakarta yang berfokus pada urban farming meliputi food garden, kitchen garden, manipulasi ekologi untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman pertanian ramah lingkungan, dan pengolahan pascapanen.

Data FAO (Food and Agriculture Organization) menunjukkan bahwa pada 2050 penduduk dunia akan mencapai 9,3 miliar jiwa, sehingga FAO berkomitmen untuk berfokus kepada masalah lingkungan, produksi pangan loka, dan teknologi ramah lingkungan yang akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan manusia. Salah satu aktualisasi fokus teknologi dan produksi pangan ramah lingkungan adalah penggunaan pestisida nabati yang akan dibahas pada artikel ini. Bagaimana cara membuat pestisida nabati untuk mengatasi ulat sayur? Mari kita simak bersama pembahasannya. Selamat membaca Sobat Tania!

Sebelum berkenalan dengan pestisida nabati, Mbak Kustanti yang memiliki spesialisasi dalam ilmu tanah menyampaikan bahwa menurut sudut pandang ilmu tanah, media tanam merupakan sumber dari hampir semua hama dan penyakit tanaman. Jika tanah atau media tanamsehat, bersih, seimbang dan proporsional (secara kandungan), maka kemunculan hama dan penyakit dapat dikurangi dan membuat tanaman lebih adaptif.

Mengenal Karakter Tanaman Untuk Mencegah Hama dan Penyakit
Setiap tanaman yang mempunyai kebutuhan khusus, termasuk tanaman sayuran daun. Sayuran daun, seperti brokoli dan kubis, membutuhkan banyak air. Petani tidak boleh telat memberi air karena dapat mendatangkan hama. Selain keterlambatan penyiraman, penggunaan pupuk kimia dengan bahan tertentu secara berlebih bisa mendatangkan hama .

Kebanyakan petani sayuran daun terlalu banyak menggunakan pupuk nitrogen seperti urea, sedangkan kandungan nitrogen yang tinggi dan tidak seimbang akan mengundang hama datang karena warna sayur yang lebih hijau, lebih renyah, dan lebih mudah patah. Hal tersebut seperti lingkaran setan karena benih hibrida atau benih unggul dengan produktivitas tinggi memang didesain untuk memiliki kebutuhan pupuk kimia yang tinggi. Sehingga pengetahuan mengenai makanan lokal dari sumber lokal akan lebih cocok, lebih relevan, dan lebih dianjurkan untuk diaplikasikan dengan pilihan kembali ke alam.

Dianjurkan Menggunakan Pestisida Nabati Dibanding Pestisida Kimia Petani konvensional akan melakukan pencegahan serangan ulat sayur dengan memberikan racun serangga secara rutin (1 - 3 minggu sekali). Petani biasanya tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dalam pengaplikasian pestisida kimia sehingga berpotensi membahayakan diri petani itu sendiri. Petani mengenyampingkan keselamatannya untuk menghasilkan tanaman yang bagus, karena tanpa APD pengaplikasian pestisida kimia bisa membahayakan saluran pernapasan dan menyebabkan kandungan karsinogenik akan masuk ke tubuh. Akumulasi zat karsinogenik dapat menyebabkan kanker di kemudian hari. Oleh sebab itu, pestisida nabati menjadi pilihan lebih bijaksana untuk diterapkan.

Kelebihan pestisida nabati adalah kandungannya yang mudah terurai sehingga tidak mencemari lingkungan dalam jangka waktu panjang dan tidak meracuni hewan ternak yang terpapar (secara langsung atau melalui makanan yang telah terpapar pestisida). Selain itu, bahan pestisida nabati mudah didapatkan, dan bisa diproduksi sendiri oleh petani sehingga lebih hemat biaya Kekurangan pestisida organik adalah masa simpan yang pendek dan mudah tercuci oleh air permukaan (air siraman/ air hujan) karena tidak mengandung perekat sintetik. Pestisida nabati sebaiknya diberikan saat tidak akan hujan sehingga tidak menyebabkan pemborosan . Selain itu, pestisida nabati harus digunakan secara intensif setiap 5 - 7 hari sekali (asal tidak hujan) dan harus langsung diberikan kembali apabila terkena hujan.

Mengenal Ulat Sayur Apabila hama telah menyerang lebih dari 30 % tanaman yang ada, hama akan sangat cepat menghabiskan tanaman dan sangat cepat menyebar. Ulat sayur memiliki perkembangan 28-32 hari dan akan menghabiskan satu area tanam. Siklus hidup ulat sayur dari telur ke ulat maupundari ulat ke pupa yang pendek menyebabkan ulat dapat menghabiskan satu tanaman dalam waktu 2-5 hari.

Ulat sayur akan memakan permukaan epidermis daun sehingga fotosintesis terganggu dan tanaman tidak akan berkembang. Telur akan muncul di usia tanaman kubis atau brokoli 12-14 hari, dan di fase perkembangan, yaitu pada usia 28 hari. Ngengat akan menyimpan telur di titik tumbuh tanaman di selipan ketiak pucuk dengan tujuan untuk melindungi telur dari pestisida serta mempermudah ulat yang menetas untuk menjangkau dan memakan pucuk daun muda. Satu ekor ngengat bisa memproduksi telur sebanyak 20-50 butir. Ngengat bisa menyimpan telur di beberapa tempat dan akan langsung mati setelah bertelur. Pencarian telur ulat sebaiknya dilakukan setiap pagi hari sebelum jam 7 dan harus cermat karena warnanya yang hijau mirip dengan daun. Pemeriksaan serangan ulat bisa dilakukan di pagi hari dan siang hari (sekitar pukul 2).

Ingin tingkatkan panen? Download aplikasi Dokter Tania sekarang