article-image

Sumber Gambar: Anton M. from Getty Images Pro

Baca Juga

Tanah sebagai media tumbuh memang memiliki nutrisi untuk tumbuh kembang tanaman. Namun, pada kenyataannya kandungan nutrisi pada tanah tidak memenuhi kebutuhan tanaman. Maka dari itu, perlu dilakukan pemupukan. Hal ini bertujuan untuk menyuburkan dan memaksimalkan pertumbuhan tanaman. Terdapat dua jenis pupuk yang lazim digunakan, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.

Pupuk Organik

Pupuk organik berasal dari bahan-bahan organik seperti sisa tumbuhan dan kotoran hewan yang didekomposisi (dikomposkan). Beberapa contoh pupuk organik adalah pupuk kandang (dari kotoran hewan), pupuk kompos (dari tumbuhan yang dibusukkan), dan pupuk hijau (dari pembusukan daun). Jenis pupuk-pupuk tersebut mengandung nutrisi dalam bentuk kompleks.

Kandungan nutrisi pada pupuk organik tidak hanya dapat menambah zat hara bagi tanah tetapi juga dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi. Unsur mikronutrien pada pupuk organik lebih lengkap dibandingkan dengan pupuk anorganik. Pupuk organik juga memiliki daya ikat tanah yang tinggi sehingga mampu membantu mencegah erosi. Selain itu, kelembaban tanah juga turut dijaga dengan pemberian pupuk organik. Bagi lingkungan, pupuk ini juga relatif lebih aman karena tidak mudah meninggalkan residu. Kelebihan lainnya adalah pupuk ini mudah dan murah untuk dibuat sendiri.

Namun, pupuk organik bersifat slow release sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyediakan hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Maka dari itu pula, pupuk organik diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak. Pupuk organik juga dapat menjadi pembawa hama dan penyakit tanaman atau biji-bijian yang akan menjadi gulma bagi tanaman produksi.

Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik atau pupuk kimia berasal dari bahan anorganik dengan kandungan hara atau mineral tertentu. Contoh dari pupuk ini adalah urea (mengandung unsur nitrogen), SP-36 (mengandung unsur fosfor), dan NPK (mengandung unsur nitrogen, fosfor, dan kalium). Jenis pupuk tersebut mengandung nutrisi dalam bentuk yang lebih sederhana.

Kelebihan pupuk anorganik adalah lebih cepat terurai sehingga lebih cepat diserap oleh tanaman. Maka dari itu, pupuk anorganik diperlukan dalam jumlah yang sedikit. Penggunaan pupuk anorganik juga lebih mudah karena kandungan nutrisinya sudah terukur dan terkandung dalam bentuk konsentrat. Kekurangan pupuk anorganik adalah mudah meninggalkan residu kimia yang dapat mengganggu kesehatan tanah dan manusia. Residu tersebut juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah. Selain itu, pupuk anorganik juga fast realease sehingga penerapannya harus lebih sering dilakukan. Pupuk anorganik juga relatif lebih mahal dan tidak dapat diproduksi sendiri.

Pakai Saja Keduanya

Melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis pupuk, maka penggunaan keduanya dalam budidaya dapat dilakukan. Pupuk organik dan anorganik saling mendukung kelebihan dan menutupi kekurangan sehingga didapatkan pemupukan ideal. Pemupukan ideal ini mampu menciptakan tanaman yang sehat dan mampu menyerap unsur hara yang dibutuhkan.

Kegiatan pemupukan tersebut dipengaruhi oleh faktor tanah, tanaman, dan teknik aplikasi. Pada mula penanaman dilakukan pemupukan dengan pupuk organik untuk membentuk tanah yang kokoh dan baik sifat fisik, kimia, dan biologisnya. Di sela-sela proses penanaman, pupuk anorganik dapat ditambahkan untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk anorganik tersebut disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, biasanya dilakukan pada fase pertumbuhan vegetatif, pertumbuhan generatif, dan saat pengisian buah atau biji. Setelah membaca artikel ini, Sobat Tania tidak perlu bingung lagi untuk memilih pupuk organik atau anorganik. Kombinasi keduanya dapat membantu pertumbuhan yang lebih baik bagi tanaman. Jika Sobat tania membutuhkan jasa analisa tanah untuk mengetahui kondisi N,P,K dalam tanah dan rekomendasi pemupukan, sila klik link berikut

Ingin tingkatkan panen? Download aplikasi Dokter Tania sekarang
Lihat Referensi