
Sumber Gambar: Wikimedia
Pertanyaan 3 “Banyak petani yang mulai menggunakan feromon atau zat atraktan metil eugenol. Apakah ada zat pemicu atau penarik lain selain produk pabrikan yang bisa dipasang sebagai perangkap lalat buah? Apakah bisa menggunakan bahan-bahan alami yang dibuat sendiri?”
Seperti yang saya sebutkan tadi. Menanam selasih yang bunga-nya disukai oleh lalat buah jantan. Semakin sering selasih dipanen, semakin banyak pucuknya. Begitu keluar pucuk, bunga bisa dipanen lalu direbus atau disuling nanti akan menghasilkan minyak yang bisa digunakan sendiri. Saya sudah meneliti bahwa penggunaan metil eugenol dari selasih juga hasilnya cukup bagus dan bisa dibuat sendiri. Tanam saja satu sachet kecil benih selasih yang bisa menghasilkan banyak tanaman. Penggunaannya bisa efektif dan mampu menekan pengeluaran, bisa dibuat sendiri juga. Bisa menggunakan selasih segar maupun selasih kering.
Pertanyaan 4 “Untuk pengendalian lalat buah ini apakah ada bahan lain yang lebih baik dibandingkan selasih atau ada bahan lain yang mungkin ada namun susah ditemukan?”
Saya pernah coba juga dari daun cengkeh. Jadi tanaman-tanaman yang mengandung eugenol yang banyak juga ditemukan di cengkeh, baik dari daun, tangkai dan bunganya. Daun salam, jambu air itu juga bisa digunakan. Daunnya diseduh maka akan keluar aroma eugenol. Hanya saja memang susah untuk ditemukan. Kalau selasih mudah tumbuh dan diperbanyak, pemeliharaannya juga tidak repot. Jadi, lebih baik menggunakan bahan yang mudah saja. Pertanyaan 5 “Bagaimana teknisnya agar pengendalian lalat buah dengan pestisida bisa efektif? Apakah bisa ditegaskan juga kapan waktu yang tepat untuk penggunaan pestisida?”
Penggunaan pestisida organik ataupun kimia itu harus mengikuti kaidah 6 tepat, yaitu:
- Tepat waktu
- Tepat dosis
- Tepat cara
- Tepat alat
- Tepat sasaran
- Tepat mutu
Petani atau aplikator di lapangan seringkali tidak mengindahkan kaidah 6 tepat ini. Masalahnya lalat buah betina dewasa tidak memakan tanaman yang ada, namun hanya menaruh telurnya saja. Jadi, yang bisa kita cari hanya ulatnya. Kalau kita pakai pestisida yang sistemik yang dibawa oleh jaringan vaskuler ke atas, padahal lalat buah ini suka memutus plasenta. Kalau plasenta diputus tidak akan ada transfer makanan, jadi dia tidak akan mati. Tidak seperti ulat grayak atau ulat tanah yang memakan daun. Kalau dia memakan buah atau daunnya bisa langsung kita racuni saja makanannya. Namun, lalat buah tidak memakan makanannya. Jadi penggunaan pestisida itu kurang efektif untuk pengendalian lalat buah.
Pestisida itu bekerja dengan 5 cara. Melalui racun napas, racun kontak, racun sistemik, racun saraf, dan racun lambung. Dari 5 cara ini, kita teliti saja cara mana yang tepat untuk lalat buah. Misalnya kita gunakan racun kontak, apakah petani pernah bertemu dengan lalat buah? Tentu tidak akan pernah ketemu. Sehingga hampir mubazir menggunakan pestisida kimia untuk pengendalian lalat buah. Jadi, bisa dikatakan menggunakan perangkap alami seperti yang sudah dijelaskan tadi akan jauh lebih efektif.
Saya kemarin melakukan penelitian perangkap lalat selama 3 minggu, namun angka baru bisa turun jumlahnya di hari ke-21. Hari pertama dapat lebih dari 6000 ekor, pada hari ke-21 hanya dapat 120an ekor. Turun drastis. Jadi baru bisa dirasakan efeknya pada periode berikutnya karena tidak ada lagi generasi yang baru dari lalat buah. Jadi tetap harus bertahap. Pemasangan perangkap juga harus dilakukan oleh komunitas. Jadi kalau ada sekian petani maka mereka bisa bersama-sama pasang perangkap lalat buah yang nantinya jadi akan jauh lebih efektif
Pertanyaan 6 “Dari penelitian bapak yang kami pelajari, ada saran bahwa kami harus berhati-hati karena pemasangan perangkap dapat memicu kedatangan serangga yang lainnya? Apakah benar?”
Sebenarnya tidak benar. Namun, kalau menggunakan perangkap likat kuning hal tersebut bisa terjadi karena serangga seperti spodoptera, wereng, kutu aphids semua tertarik pada warna kuning. Namun untuk perangkap yang menggunakan metil eugenol itu hanya untuk menangkap lalat jantan, bukan betina. Ada juga yang masih mengeluh bahwa masih ada lalat buah setelah mereka memasang perangkap. Mereka mengira bahwa lalat buah sebelum terperangkap sempat menyerang buah cabai. Hal tersebut mustahil karena yang mampir ke buah adalah lalat betina, sedangkan yang terperangkap adalah lalat jantan. Lalat jantan tidak pernah mampir ke buah dan sayuran, hanya lalat betina saja karena mereka butuh untuk menaruh telurnya. Analoginya sama seperti nyamuk malaria betina yang menyerang mamalia.