
Sumber Gambar: null
- Potensi Urin Sapi sebagai Agen Antifungi untuk mengetahui potensi urine sapi sebagai agen antifungi
- [Perbedaan Pupuk Kandang Ayam, Sapi, dan Kambing](https://www.neurafarm.com/blog/InfoTania/Budidaya%20Tanaman/perbedaan-pupuk-kandang-ayam-sapi-dan-kambing_ untuk mengetahui perbedaan pupuk kandang
erti yang kita ketahui, urine sapi berpotensi baik sebagai pupuk organik cair (POC). Bahkan, ia juga berpotensi baik sebagai ZPT atau Zat Pengatur Tumbuh bagi tanaman. Urine sapi yang digunakan sebagai pupuk organik cair memiliki banyak kelebihan di antaranya adalah kayanya kandungan senyawa seperti fosfor, nitrogen, kalium, dan juga air yang lebih banyak.
Urine serta kotoran sapi yang dapat mengganggu kesehatan hewan ternak bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dengan sifatnya yang ramah lingkungan. Apakah Sobat Tania juga tahu bahwa ternyata urine sapi bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan tikus. Bagaimana caranya, ya?
Urine Sapi untuk Mengendalikan Tikus
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti tikus masih menjadi momok yang menakutkan bagi petani di Indonesia, khususnya untuk para petani padi. Guna mengatasi hal tersebut Kementerian Pertanian dengan Dinas Pertanian di daerah terus berusaha mengembangkan metode pengendali hama tikus yang ramah lingkungan.
Salah satu metode yang berhasil dikembangkan adalah pengendalian hama tikus dengan menggunakan urine sapi. Urine sapi difermentasi sebagai pengusir hama tikus yang biasanya merusak tanaman padi. Metode ini dipercaya dapat menekan biaya pengendalian hama. Tidak hanya dapat digunakan sebagai pengendali tikus namun bahan ini juga bisa digunakan untuk menyuburkan tanaman.
Urine sapi tentu saja digunakan sebagai bahan utama yang kemudian dicampur dengan bahan penyerta seperti molase, terasi tanpa pengawet, empon-empon, susu creamer dan starter probiotik. Lalu, bagaimana cara membuatnya?
Membuat Urine Sapi Untuk Pengendali Tikus Sawah
Hal pertama yang perlu dilakukan untuk melakukan fermentasi setelah menyiapkan bahan yang dibutuhkan adalah dengan menghaluskan empon-empon terlebih dahulu. Setelah empon-empon dihaluskan, Sobat Tania bisa mencampurnya dengan molase, susu creamer, starter probiotik, terasi tanpa pengawet dan urine sapi ke dalam satu wadah besar.
Setelah itu, tutuplah wadah besar tersebut dan pasanglah aerator besar. Diamkanlah larutan tersebut selama kurang lebih 21 hari untuk proses fermentasi. Setelah 21 hari didiamkan, saringlah hasil fermentasi tersebut. Untuk dosis penggunaan fermentasi bisa 25 cc per bahan cair fermentasi ditambah dengan 1 liter air bersih. Untuk menggunakannya, Sobat Tania hanya perlu menyemprotkan larutan ke seluruh bagian tanaman yang biasa dilewati oleh tikus sawah atau dicurigai sebagai sarang tikus. Waktu penyemprotan sendiri bisa dilakukan pada pagi dan sore hari dengan jarak minimal 14 hari sekali.
Metode pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan yang alami terus didukung oleh pemerintah agar nantinya tanaman tidak ketergantungan dengan bahan kimia atau metode lain yang berbahaya. Serta menghindari tanaman dari sifat resistensi hama atau bakteri. Untuk mengetahui informasi lebih banyak mengenai penyakit yang ada pada tanaman, silakan unduh Aplikasi Dokter Tania dan manfaatkanlah fitur ‘Cek Penyakit’.