
Sumber Gambar: Yans Photobook from Unsplash
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals ditetapkan oleh seluruh negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations. Ini merupakan bentuk target global untuk mencapai kemajuan berbagai bangsa di dunia tahun 2030. Salah satu target tersebut adalah mencapai #ZeroHunger world atau angka kelaparan nol di seluruh dunia, dan memberantas kelaparan di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar, dari berbagai negara yang tergabung dalam ASEAN. Pada tahun 2014, tercatat bahwa sektor agrikultur, perikanan, dan kehutanan berkontribusi terhadap 13,4 persen dari pendapatan nasional. Berbagai sektor tersebut diperkirakan akan tetap menjadi salah satu sumber daya kunci untuk pertumbuhan ekonomi. Selain itu, berbagai sumber daya tersebut juga berperan penting dalam menghapuskan kelaparan, kemiskinan, dan malnutrisi di masyarakat.
Masih Adakah Kelaparan Di Indonesia?
Menurut laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), jumlah masyarakat kelaparan dunia kembali meningkat dari 777 juta pada tahun 2015 menjadi 815 juta pada tahun 2016. Angka Kelaparan Global (Global Hunger Index) Indonesia, yang diterbitkan oleh International Food Policy Research Institute (IFPRI), posisi Indonesia menurun dari tingkat kelaparan minimum di posisi 19,1 menjadi 22,1 pada tahun 2016, dan menjadi 22 pada tahun 2017. Lebih jauh GHI memberi laporan pada tahun 2008 indeks kepelikan kelaparan Indonesia menunjukkan angka 28.3. Demikian selama kurun waktu 2008-2016, Indonesia masih tetap berada di level serius. Populasi Indonesia saat ini diestimasikan berada pada lebih dari 260 juta individu. Namun, terlepas dari kemajuan industri agrikultur, FAO mengestimasikan bahwa 19,4 juta masyarakat Indonesia mengalami kekurangan nutrisi pada tahun 2014-2016. Estimasi ini turun dari angka 35,9 juta pada tahun 1990-1992. Indikator nutrisi lainnya menunjukkan bahwa 28 persen dari anak Indonesia mengalami berat badan rendah dan 37 persen dari anak-anak di bawah usia 5 tahun mengalami stunting atau hambatan pertumbuhan.
Untuk Turunkan Angka Kelaparan, Apa Yang Bisa Dilakukan?
Pada suatu kesempatan, Stephen Rudgard, perwakilan FAO di Indonesia menyampaikan harapannya. Ia ingin setiap penduduk—utamanya generasi muda dan individu yang berpengaruh di bidang makanan dan kuliner—menyadari bahwa masih ada banyak tantangan untuk memberantas kelaparan di Indonesia sebelum tahun 2030. Stephen menambahkan, bahwa ini bisa dicapai dengan tindakan-tindakan sederhana seperti tidak menyia-nyiakan bahan makanan atau makanan. Selain itu juga bisa dengan memasak makanan dengan metode yang tepat untuk memperbaiki status gizi, dan sebagainya. Kelaparan merupakan salah satu penyebab utama kematian di berbagai belahan dunia. Bumi sebagai tempat tinggal menyediakan berbagai sumber daya alam, tapi akses yang tak setara mengakibatkan jutaan orang di dunia mengalami kelaparan dan malnutrisi. Oleh karena itu, dengan menerapkan agrikultur yang berkesinambungan dengan tekonologi modern yang tersedia serta sistem distribusi yang adil, diharapkan semua bahan pangan yang ada dapat mencukupi kebutuhan populasi dunia sehingga dunia bebas dari kelaparan alias #ZeroHunger world. Tujuan 2 SDGs adalah menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan tanpa kelaparan pada tahun 2030, ditetapkan target yang diukur melalui indikator. Target tersebut adalah menghilangkan kelaparan dan kekurangan gizi, menggandakan produktivitas pertanian, menjamin pertanian pangan berkelanjutan, mengelola keragaman genetik, dan meningkatkan kapasitas produktif pertanian. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai target-target tersebut dijabarkan pada kebijakan, program dan kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah maupun organisasi nonpemerintah.
Upaya perbaikan gizi masyarakat diantaranya adalah:
- Sosialisasi tentang manfaat pola konsumsi pangan perorangan dan masyarakat yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) untuk hidup sehat, aktif, dan produktif
- Peningkatan promosi perilaku masyarakat tentang kesehatan, gizi, sanitasi, kebersihan, dan pengasuhan
- Pemberdayaan masyarakat, terutama ibu rumah tangga, untuk percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan lokal (termasuk sosialisasi manfaat dan menciptakan minat atau preferensi pada konsumsi pangan ikan, hasil peternakan, sayuran, dan buah-buahan lokal
- Perbaikan atau pengayaan gizi pangan tertentu dan penetapan persyaratan khusus mengenai komposisi pangan untuk meningkatkan kandungan gizi pangan olahan tertentu yang diperdagangkan
- Penguatan pelaksanaan dan pengawasan regulasi dan standar gizi dan keamanan pangan
- Penguatan integrasi intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif dengan dengan fokus utama pada 1000 hari pertama kehidupan, remaja, calon pengantin dan ibu hamil
- Perbaikan gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, balita, remaja perempuan, dan kelompok rawan gizi lainnya
- Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
- Peningkatan jangkauan dan kualitas layanan kesehatan masyarakat 10.Penyaluran bantuan pangan bagi masyarakat rawan pangan kronis (berpendapatan rendah) dan transien (darurat bencana). penguatan sistem surveilans pangan dan gizi termasuk pemantauan pertumbuhan