article-image

Sumber Gambar: https://pixabay.com/id/photos/ubi-jalar-merah-ungu-menumpuk-buah-1666707/

Baca Juga
  • 3 Bahan Pangan Dengan Permintaan Terbesar](https://www.neurafarm.com/blog/InfoTania/Cerita%20Pertanian/3-bagan-pangan-dengan-permintaan-terbesar) untuk mengetahui bahan pangan dengan permintaan terbesar

Ketergantungan akan beras dari padi sebagai makanan pokok sangat tinggi di Indonesia. Bahkan terdapat istilah di masyarakat bahwa “belum makan rasanya kalau belum makan nasi”. Di sisi lain pangan lokal yang ada di Indonesia terpinggirkan oleh ketergantungan kepada tepung terigu dari gandum yang berasal dari produk impor. Bahkan konsumsi tepung terigu dari gandum impor terus meningkat drastis setiap tahunnya.

Hal tersebut menyebabkan ketahanan pangan di masyarakat bisa terganggu karena bergantung hanya kepada satu bahan pangan pokok dan juga produk impor dari luar negeri yang sangat terpengaruh oleh kebijakan dan intervensi negara lain. Dan salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan diversifikasi pangan lokal sehingga pilihan pangan nonberas dan nonterigu lebih beragam. Apa itu diversifikasi pangan lokal? Bagaimana penerapannya di Indonesia? Mari kita simak bersama pembahasannya. Selamat membaca Sobat Tania!

Diversifikasi Pangan Dengan Enam Komoditas Lokal Nonberas

Pengertian dan pemahaman diversifikasi pangan yang salah bahwa beras harus diganti sepenuhnya terjadi karena adanya asumsi bahwa beras merupakan bahan pangan pokok di Indonesia, meski nyatanya penduduk di beberapa daerah di Indonesia mengonsumsi jagung, sagu, ubi kayu/singkong, dan ubi jalar sebagai bahan pangan pokok. Oleh karenanya, masalah pangan selalu terpaku pada beras, sehingga program kebijakan pemerintah yang disusun dan dilaksanakan cenderung bercokol hanya seputar beras.

Permasalahan rumit lainnya adalah bergesernya pola pangan masyarakat nonberas menjadi beras seperti yang terjadi di Madura, Maluku, NTT, dan Kawasan Indonesia Timur lainnya. Bahkan di Maluku yang semula mengkonsumsi sagu sebagai bahan pangan pokok, misalnya, telah beralih sebanyak 90-100% menjadi beras, menyamai Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

Untuk mengatasi hal tersebut Kementerian Pertanian melakukan pengembangan diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal yang fokus kepada satu komoditas utama per provinsi. Diversifikasi pangan difokuskan kepada enam pangan lokal sumber karbohidrat nonberas yakni ubi kayu/singkong, jagung, sagu, pisang, kentang, dan sorgum. Ada potensi pangan lokal yang bisa mendukung program diversifikasi pangan, karena Indonesia memiliki pangan lokal di luar beras. Program diversifikasi membantu masyarakat Indonesia swasembada pangan. Dari segi produktivitas, ubi kayu atau singkong berpotensi mencapai 10 ton per hektar dan pisang potensinya dapat mencapai 80 ton per hektar. Maka yang diperlukan selanjutnya adalah mendorong pasar untuk memperkenalkan produk. Jadi image pangan lokal harus ditingkatkan supaya menarik semua orang untuk mengkonsumsi.

Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Kementan Riwantoro menambahkan, pihaknya secara konsisten terus menggalakan diversifikasi pangan di wilayah masing-masing dan menjadi sebuah gerakan, bahkan di pekarangan rumah. Riwantoro menyebutkan diversifikasi pangan bertujuan mengantisipasi krisis, penyediaan pangan alternatif, menggerakan ekonomi dan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat. Dengan sasaran menurunkan ketergantungan konsumsi beras. Dalam lima tahun ke depan, Kementan menargetkan penurunan konsumsi beras nasional sebesar 7 persen. Khusus tahun 2020 rata-rata konsumsi beras ditargetkan turun ke posisi 92,9 per kg per kapita per tahun dari posisi tahun lalu sebesar 94,9 per kg per kapita per tahun. Hingga tahun 2024 mendatang, ditargetkan konsumsi sudah turun 7 persen ke posisi 85 per kg per kapita per tahun. Penurunan itu setara 1,77 juta ton senilai 17,78 triliun rupiah. Namun dengan catatan, penurunan konsumsi beras bisa dicapai asalkan ada intervensi dari pemerintah. Tanpa intervensi, penurunan konsumsi beras hanya mampu mencapai posisi 91,2 per kg per kapita per tahun. Ditargetkan adanya penurunan pangan beras itu harus diikuti dengan kenaikan konsumsi pangan lokal. Peluang diversifikasi pangan sangat besar karena masyarakat ingin hidup sehat dan terdapat peluang bisnis UMKM.

Beras Singkong dan Tepung Mocaf

Produk olahan yang sudah dipasarkan untuk mendukung diversifikasi pangan lokal menggantikan beras padi dan tepung terigu gandum salah satunya adalah beras singkong dan tepung mocaf (modified cassava flour). Perum Bulog meluncurkan produk pangan berupa beras singkong yang diberi merek Beras Singkong Petani atau Besita. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan peluncuran beras singkong dilakukan untuk memfasilitasi pemasaran produk dan hasil olahan singkong petani. Bulog berharap ini bisa menjadi diversifikasi produk pangan nasional. Bahan baku beras singkong adalah singkong 80 persen yang ditepungkan, dicampur dengan tepung tapioka 20 persen, dan dicetak dengan teknologi ekstrusi.

Beras singkong memiliki kandungan karbohidrat yang setara dengan beras padi. Dengan demikian, asupan energi tetap akan tercukupi. Beras singkong memiliki bentuk dan rasa menyerupai beras padi sehingga dapat memenuhi selera konsumen. Sedangkan tepung mocaf dapat menggantikan sepenuhnya tepung terigu gandum untuk pembuatan kue dan roti tapi hanya dapat mengganti 50 persen untuk bahan baku mie karena tepung mocaf tidak mengandung gluten yang membuat mie tidak hancur saat direbus.

Untuk dapat mengetahui cara budidaya komoditas-komoditas pangan lokal ini, Sobat Tania bisa menggunakan fitur Budidaya di Aplikasi Dokter Tania. Dengan fitur ini cara budidaya akan lebih mudah dipahami dan menghasilkan panen yang melimpah.

Ingin tingkatkan panen? Download aplikasi Dokter Tania sekarang
Lihat Referensi