article-image

Sumber Gambar: Everyday Plus from Getty Images

Baca Juga

Sobat Tania pasti sudah tidak asing dengan tanaman ciplukan bukan? Pernahkah kalian bertanya-tanya mengapa harga ciplukan di pasaran tergolong mahal padahal tanaman ini tergolong tanaman yang tumbuh secara liar?

Tanaman dengan nama latin Physalis angulata ini memiliki beberapa julukan yang berbeda di setiap daerah di Indonesia. Dalam bahasa Jawa tanaman ini disebut ciplukan, masyarakat Sunda menyebutnya cecendet, di Bali tanaman ini disebut keceplokan, dan dalam bahasa Inggris tanaman ini disebut sebagai ground cherry. Tanaman ini memiliki buah bulat kecil seperti lampion berwarna kuning. Ciplukan berasal dari Amerika Selatan dan tersebar ke berbagai kawasan tropis maupun subtropis di Amerika, Pasifik, Australia dan Asia.

Walaupun tanaman ini tumbuh liar dan terkesan dipandang sebelah mata, rupanya kini tananam ciplukan banyak dijual dengan harga selangit. Umumnya tanaman ini dijual seharga Rp30.000,00 per 100 gram. Tidak hanya pasar dalam negeri saja, rupanya tanaman ini juga laris di luar negeri. Harga yang dibanderol untuk tanaman ini mencapai Rp250.000,00-Rp500.000,00 per kilogramnya. Apa yang menyebabkan tanaman ini mahal?

Memiliki berbagai khasiat Rupanya harga yang mahal sebanding dengan manfaat yang dimiliki oleh tanaman ciplukan. Seluruh bagian tanaman ciplukan mengandung senyawa aktif bermanfaat seperti saponim pada tunas; flavonoid pada daun dan tunas; polifenol, tannin dan kriptoxantin pada buah; asam palmitate dan stearat pada biji, alkaloid pada akar, chlorogenic acid pada batang dan daun, serta vitamin C dan gula.

Keberadaannya terbatas Walaupun tergolong sebagai tanaman liar, ciplukan merupakan tanaman herba yang hidup semusim. Keberadaannya yang cukup jarang dan tergolong susah dibudidayakan menyebabkan tanaman ini menjadi mahal.

Ingin tingkatkan panen? Download aplikasi Dokter Tania sekarang
Lihat Referensi