article-image

Sumber Gambar: https://www.canva.com/media/MAEEwJkjUYE

Baca Juga

GMO merupakan singkatan dari Genetically Modified Organism, yaitu organisme yang DNA nya telah diubah atau dimodifikasi dengan cara tertentu melalui rekayasa genetika. Dalam kebanyakan kasus, GMO telah dimodifikasi dengan DNA dari organisme lain, baik itu bakteri, tumbuhan, virus atau hewan, organisme ini sering juga disebut sebagai organisme "transgenik". Meskipun sebagian besar organisasi dan penelitian terkemuka menyatakan bahwa makanan dari produk transgenik aman dan berkelanjutan, beberapa pihak menyatakan bahwa makanan tersebut dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan. Bagaimana pro dan kontra dari produk rekayasa genetika? Mari kita simak bersama pembahasannya. Selamat membaca Sobat Tania!

Pendapat Pro Terhadap Produk Rekayasa Genetika

Keuntungan pangan hasil rekayasa genetika antara lain meningkatkan efisiensi dan produktivitas, nilai ekonomi produk, memperbaiki nutrisi, dan meningkatkan masa simpan produk.. Rekayasa genetik komponen makhluk hidup dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi lebih unggul, semisal tahan hama, tahan penyakit, lebih banyak menghasilkan panen, dan menambah ”gemuk” hewan ternak. Sebagai contoh, tanaman jagung yang mudah terserang hama, melalui rekayasa genetik, dapat di”silangkan” dengan jenis bakteri yang dapat ”melawan” hama tersebut, sehingga menjadi tanaman jagung tipe baru yang tahan hama.

Kelompok pro-GMO bersikeras berpendapat bahwa tanaman transgenik dan produk olahannya aman dan menguntungkan serta patut untuk dimasyarakatkan. Pertengahan 1990-an, pelaku agribisnis mulai mempromosikan benih tanaman transgenik yang diklaim mengurangi pemakaian pestisida dan ramah lingkungan, seperti, jagung Bt, kapas Bt, dan kedelai Bt, kanola yang tahan hama dan toleran herbisida. Tanaman transgenik tahan hama memiliki keuntungan ganda, karena dengan disisipi gen bakteri tanah Bt, sel tanaman akan menghasilkan crystalline, protein yang bersifat toksik terhadap hama serangga tertentu.

Amerika Serikat adalah negara produsen tanaman transgenik terbesar (68% dari total areal transgenik dunia), terdiri atas tanaman kedelai, jagung, kapas, dan kanola transgenik. Selain keempat komoditas utama (jagung, kedelai, kapas, dan kanola), tanaman transgenik untuk beberapa komoditas lain telah beredar secara global, meski masih relatif sedikit jumlahnya. Komoditas ini meliputi, seperti kentang, labu, pepaya, melon, tomat, dan tanaman yang direkayasa agar tahan virus, awet segar, dan bernilai gizi tinggi.

Di Indonesia, meski tidak tercatat sebagai produsen tanaman transgenik, terdapat beberapa jenis komoditas transgenik sudah dibudidayakan. Sejak diterbitkan SK Mentan (No. 856/Kpts/HK330/9/1997), terdapat 10 tanaman transgenik yang telah dikembangkan di Indonesia, antara lain jagung (4 jenis), kacang tanah, kapas (2 macam), kakao, kedelai, padi, tebu, tembakau, ubi jalar, dan kentang. Sejauh ini pengujian tanaman transgenik oleh Kementerian Pertanian masih terbatas pada pengamatan secara fisik.

Tanaman transgenik yang sudah berhasil dilepas di lapangan memberi banyak manfaat terutama di bidang pertanian. Tanaman transgenik yang tahan terhadap serangan serangga serta hama dan toleran terhadap lingkungan secara langsung berperan dalam meningkatkan produktivitas. Tanaman transgenik yang tahan terhadap serangan serangga serta hama akan menurunkan frekuensi aplikasi pestisida. Pengurangan pemakaian pestisida sama artinya dengan tidak memasukkan bahan-bahan kimia berbahaya ke dalam lingkungan, sehingga dampak pencemaran lingkungan dapat dikurangi. Dalam kasus ini tanaman transgenik mampu meningkatkan keramahan terhadap lingkungan.

Keberhasilan perakitan tanaman transgenik yang mempunyai kadar zat gizi tinggi, masa simpan produk lebih lama, dan penampilan produk lebih baik menyebabkan mutu produk secara keseluruhan lebih baik. Mutu produk yang baik memberikan kepuasan terhadap konsumen. Dalam hal pelestarian hayati, beberapa penelitian menunjukkan bahwa organisme transgenik justru dapat menghindarkan suatu spesies dari kepunahan. Pendapat Kontra Terhadap Produk Rekayasa Genetika

Oposisi GMO mengatakan bahwa terdapat resiko yang perlu diperhatikan dari pengembangan GMO, antara lain kemungkinan terjadinya gangguan pada keseimbangan ekologi. Terbentuknya resistensi terhadap antibiotik dikhawatirkan dapat memicu pembentukan senyawa toksik, allergen atau terjadinya perubahan nilai gizi.

Peneliti belum mengetahui sepenuhnya apa yang terjadi pada produk akhir ketika peneliti atau ilmuwan menyambung gen baru (proses mutasi genetik) dan kemudian bagaimana pengaruh dari mengkonsumsi produk hasil mutasi tersebut selama beberapa generasi. Penelitian sejauh ini menunjukkan bahwa hal tersebut akan menciptakan efek samping yang mengejutkan. Menurut penelitian Smith, bahwa antara tahun 1994 dan 2001 yaitu pada waktu yang bersamaan dengan peluncuran produk GMO ke pasar, penyakit yang berhubungan dengan makanan meningkat dua kali lipat. Produk hasil GMO dapat menyebabkan gejala alergis, toksik, karsinogenik/potensi kanker, dan anti-gizi. Disisi lain, banyak yang beranggapan bahwa keberadaan produk ini dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati serta kesehatan manusia. Untuk dapat mengetahui cara budidaya tanaman yang tepat sehingga bisa meminimalisir dampak negatif produk GMO, Sobat Tania bisa menggunakan fitur Budidaya di Aplikasi Dokter Tania. Dengan fitur ini cara budidaya akan lebih mudah dipahami dan menghasilkan panen yang optimal.

Ingin tingkatkan panen? Download aplikasi Dokter Tania sekarang